Thursday, March 19, 2020

Bisakah Penularan COVID-19 Melalui Toilet dan Benda yang Berontak dengan pasien?

Bisakah Penularan COVID-19 Melalui Toilet dan Benda yang  Berontak dengan pasien?

Bisakah Penularan COVID-19 Melalui Toilet dan Benda yang  Berontak dengan pasien?

COVID-19 belum sepenuhnya dimengerti oleh ilmuwan. Studi soal virus SAR-CoV-2 ini masih terus dilakukan oleh para peneliti dari berbagai bidang ilmu. Salah satu penelitian terbaru dari Singapura menerbitkan pasien positif COVID-19 secara ekstensif bisa mengontaminasi kamar tidur dan kamar mandi mereka. Apakah ini berarti penularan COVID-19 bisa melalui toilet dan lokasi-lokasi yang berkontak dengan pasien positif?

Penularan COVID-19 melalui toilet dan benda yang berkontak dengan pasien positif
penularan COVID-19 toilet-19 di Indonesia
Journal of the American Medical Association (JAMA) mengeluarkan sebuah fakta baru bahwa pasien yang positif coronavirus ini bisa mengontaminasi kamar tidur dan kamar mereka. 


Penelitian ini dilakukan setelah banyaknya kasus-kasus di China di mana virus SARS-CoV-2 ini menyebar secara luas di rumah sakit, menginfeksi puluhan pekerja, perawat, dan pasien penyakit lain.

Ini membuat para ilmuwan percaya adanya bentuk transmisi lain, yakni kontaminasi dari pasien positif ke lingkungannya. Walau hasilnya belum jelas sejauh mana penularan COVID-19 dari kontaminasi lingkungan, misalnya virus yang tertinggal di toilet, ini pada pada orang lain. 

Dalam studi tersebut para peneliti di National Centre for Infectious Diseases (NCID) dan DSO National Laboratories mengamati kasus tiga pasien yang dirawat di ruang isolasi.

Mereka melakukan pengetesan pada peralatan-peralatan yang digunakan oleh pasien. Pada ruangan pasien satu dan dua dilakukan pembersihan dan penyemprotan disinfektan secara rutin dan berkala. Sedangkan sampel dari ruangan pasien 3 diambil sebelum dilakukan pembersihan rutin. 

Sebagai informasi ketiga pasien ini dalam kondisi sakit ringan sedang. Pasien 1 dan dua batuk, demam, dan sedikit sesak nafas, pasien 3 hanya mengalami batuk.

Benda sepeti toilet dan wastafel dari kamar pasien 3 terbukti terkontaminasi COVID-19, namun belum diketahui kemungkinan potensi penularan. Yang diuji tersebut adalah kursi, rel tempat tidur, jendela kaca, lantai, dan saklar lampu, wastafel, gagang pintu, dan toilet.

Hasil uji sampel udara terbukti negatif, tetapi sampel (swab) yang diambil dari saluran keluar udara positif—menunjukkan bahwa droplet yang sarat virus dapat dibawa oleh aliran udara dan tertangkap di ventilasi.

Dua kamar yang diuji setelah pembersihan tidak memiliki hasil positif.

“Kontaminasi lingkungan yang signifikan oleh pasien dengan (Covid-19) melalui tetesan pernapasan dan pengeluaran feses menunjukkan lingkungan sebagai media penularan yang potensial. Ini juga menunjukkan perlunya kepatuhan yang ketat terhadap kebersihan lingkungan dan tangan,” catat para penulis.

Sebelumnya sebuah penelitian menunjukkan adanya kemungkinan penularan COVID-19 terjadi melalui feses manusia yang ada di toilet. Hal ini disimpulkan setelah peneliti menemukan virus SARS-CoV-2 telah terdeteksi pada tinja beberapa pasien yang didiagnosis dengan COVID-19.

Kontaminasi virus SARS-CoV-2 bisa hilang dengan dibersihkan
penularan COVID-19 toilet
Sampel-sampel positif tersebut menunjukkan bahwa pelepasan virus COVID-19 dalam tinja atau toilet dapat menjadi rute penularan yang potensial. 

Hasil negatif dari sampel ruangan yang telah dibersihkan menunjukkan bahwa tindakan pembersihan atau disinfektan sudah cukup membasmi virus di lingkungan.

Virus SARS-CoV-2 yang menempel di lingkungan dapat terbunuh dengan melakukan pembersihan permukaan dua kali sehari. Langkah-langkah sederhana ini sudah cukup tapi dengan syarat dilakukan dengan patuh.

Dengan fakta ini, para peneliti menekankan masyarakat untuk perhatian terhadap kebersihan lingkungan dan benda-benda yang mereka gunakan. Misalnya dengan secara rutin membersihkan benda kebutuhan sehari-hari. Seperti meja kerja, benda-benda yang berada di kamar mandi dan toilet, serta yang lainnya.

Peneliti mengatakan, penyakit mematikan yang sebenarnya hanya akan dipahami dengan lebih baik dari waktu ke waktu. Termasuk penelitian ini juga membutuhkan studi lebih lanjut.

0 comments:

Post a Comment